Langsung ke konten utama

Santun dalam perkataan

Setiap hari kita pasti melakukan percakapan. Baik dengan orang-orang yang berada di dalam rumah kita sendiri, dengan tetangga, dengan teman sekolah, teman kerja, teman satu gereja, maupun dengan orang-orang yang kita temukan di jalan.

Karakter orang yang berbeda-beda dapat membuat kita terkejut ketika saat kita bekomunikasi, mereka memberi respon yang tidak kita duga. Sebaliknya, hati kita bisa sejuk dan bahagia ketika mereka memberi respon seperti yang kita harapkan. Kita perlu memperhatikan bagaimana cara kita bertutur kata dalam suatu percakapan agar kita dapat menjadi teman yang baik dalam berkomunikasi.

Perkataan yang buruk

Orang akan memandang kita sebagai orang yang tidak sopan ketika dalam percakapan kita terlalu sering memotong pembicaraan seseorang dan meremehkan pernyataan orang lain. Setiap orang mempunyai pendapat sendiri, meskipun pendapatnya tidak sama dengan pendapat kita. Namun kita tetap harus menghargainya karena hal itu akan memperkaya wawasan kita dan membuat kita dapat menggali pemikiran kita lebih dalam lagi.

Kata-kata yang tidak pantas kita ucapkan adalah kata-kata yang sifatnya menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain. Kemudian kita seolah-olah bertindak sebagai hakim atas mereka. Kita menghukum mereka dengan kata-kata hinaan, ancaman, hardikan, dan gertakan yang membuat orang lain takut, dan kata-kata yang menyakitkan orang lain. Hal ini menunjukkan arogansi kita. Padahal Firman Allah menghendaki kita untuk selalu rendah hati.

Ketika seseorang menjadi marah, biasanya mereka menjadi kehilangan kendali sehingga mengeluarkan kata-kata caci-maki dengan kasar disertai kutukan dengan menyebutkan nama seseorang dengan sebutan nama lain yang tidak sepantasnya seperti nama binatang, nama seorang tokoh yang dungu, atau nama kelompok kaum tertentu yang tersisihkan.

Dengan demikian orang yang mendengarnya menjadi malu, takut, dan tersiksa. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa, “dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” (1 Petrus 3:9)

“Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” (Efesus 5:4)

Di sini kita diingatkan untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor.  Berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Orang yang biasa berpikir kotor akan meneruskan pikirannya dalam kata-kata yang tidak senonoh.  Oleh sebab itu kita harus menjaga kebersihan hati kita dalam berpikir, sehingga hanya kata-kata yang pantas yang terucapkan dari mulut kita.

  Tuhan juga tidak menghendaki kita berkata dengan kata-kata yang penuh tipu muslihat, membawa kabar bohong, atau kata-kata manis tetapi di belakangnya ada maksud tersembunyi. Dalam Titus 2:10 dicatatkan, “jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

Perkataan yang sederhana tanpa janji dengan tulus lebih baik daripada perkataan yang muluk-muluk tapi hanya sebatas di bibir saja tanpa bukti. Ucapan yang jujur, apa adanya, tidak ada trik-trik tersembunyi di balik perkataan kita akan membuat hati kita tentram dan orang pun akan mempercayai kita. Ketika seseorang ketahuan berbohong, akan sulit untuk mengembalikan kepercayaan kepada orang tersebut.

Kita juga tidak boleh menyebut nama Tuhan sembarangan. Sebab Firman Tuhan berkata, “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan."(Keluaran 20:7)

Ketika kita memanggil nama Tuhan, Ucapkanlah dengan segenap hati dan rasa hormat, tidak asal keluar dari mulut yang diucapkan tanpa makna. 

Sebagai anak Tuhan kita harus mencerminkan pribadi Tuhan. Maka jangan membuat diri kita sebagai batu sandungan bagi orang lain untuk dapat mengenal kasih Allah. Terkadang hal ini sulit untuk dilakukan. Ketika semua perkataan yang tidak pantas sudah tumpah-ruah keluar, barulah kita menyadari dan menyesalinya. Namun kata-kata yang sudah terlanjur keluar tidak bisa ditarik kembali. Dalam Yakobus 3:8 dituliskan, “tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” Agar tidak terjadi penyesalan hati-hati mempergunakan lidah kita dalam perkataan.

Perkataan yang baik

Untuk itu kita harus memulainya dengan menjaga hati kita supaya tetap bersih. Dalam Lukas 6:45 dituliskan bahwa, “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."

Penuhi hati kita dengan semua kebaikan dan buang segala pemikiran yang tidak patut yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Di dalam Filipi 4:8 dituliskan, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Bila hati kita terjaga dengan baik, pemikiran-pemikiran kita juga hanyalah tentang hal yang positif, maka apa yang keluar dari mulut kita juga adalah hal-hal yang positif. Perkataan kita yang keluar dari hati yang tulus dapat memberi kesejukan, membangun, dan memberkati orang lain seperti yang dikehendaki Tuhan , “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29)

Ketika kita berkata-kata, ucapkanlah hanya kata-kata yang benar. Jika itu suatu janji, yakinlah bahwa kita dapat menepatinya. Janganlah hanya janji-janji yang memberi harapan kosong dan akhirnya membuat orang lain menjadi kecewa.

Lebih baik tidak mengatakan apa-apa daripada kita menceritakan aib seseorang. Dalam 1 Korintus 13:7 mengatakan bahwa kasih menutup segala sesuatu. Ada hal-hal tertentu dimana kita harus menyimpan sesuatu yang kita ketahui untuk diri kita sendiri demi kebaikan orang lain. Karena aib atau luka lama tidak akan sembuh jika kita menggoresnya kembali.

Bagaimana kita bertutur kata, kata apa yang kita ucapkan, makna apa yang kita sampaikan, dan apa tujuan  kita menyampaikannya akan menunjukkan bagaimana kepribadian kita. Apakah kita seorang yang kasar, tidak tahu sopan santun, besar mulut, dan pengumbar janji? Ataukah kita seorang yang lembut, memahami sopan santun, bijak dalam perkataan, dan orang yang dapat dipercaya?

Ayat-ayat Firman Allah di atas telah menuntun kita bagaimana kita harus bersikap dalam bertutur kata. Ketika kita menaatinya, kita menjadi orang yang berbeda dengan orang duniawi yang mau hidup sesukanya. Dalam Roma 12:2 dituliskan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Pembentukan sejak dini

Beberapa orang merasa bahwa kebiasaan bagaimana mereka bertutur kata sudah terbentuk sejak kecil dan sulit untuk diubah. Ada yang berkata bahwa sudah pembawaan sejak lahir.

Cara bertutur kata di sini bukan logat atau tinggi rendahnya nada seseorang dalam percakapan. Ada orang-orang yang memiliki nada suara tinggi, berat, dan keras. Namun tetap saja terasa damai, tidak menakutkan, bahkan dapat menghibur bagi yang mendengarnya. Yang penting adalah apa yang diucapkannya bukanlah sesuatu yang meneror seseorang.

Tetapi di sisi lain ada orang yang suaranya lembut, tetapi kata-katanya sinis, menohok, dan setiap orang yang mendengarnya menjadi terancam oleh sindirannya.

Bagaimanapun pembawaan kita dalam bercakap-cakap, yang penting bahwa ucapan kita tidak menjadi pedang yang siap menyayat perasaan orang lain.

Memang kebiasaan akan membentuk karakter seseorang yang pada akhirnya ketika mereka dewasa, kebiasaan itu sulit untuk diubah. Oleh sebab itu, pembentukan karakter sejak diri harus mulai dilatih.

Jika kita saat ini memiliki anak-anak yang masih kecil, latihlah terus mereka untuk mengucapkan kata-kata yang sopan, menghormati orang tua, kata-kata yang penuh kasih, tidak menjawab dengan bentakan, tidak meminta dengan paksaan, dan sebagainya. Mungkin kita akan sedikit repot karena anak-anak sulit untuk menaati apa yang kita didik. Tetapi itu akan menolong kita ketika kelak mereka dewasa. Kita tidak dipersulit dengan kelakukan mereka yang tidak pantas.

Terutama ketika anak kita beranjak remaja. Dimana pergaulan mereka semakin luas, banyak pengaruh dari teman-temannya maupun dari televisi. Bisa saja terjadi, apa yang sudah kita didik akan dibantah oleh mereka dan mereka merasa memiliki pendapat sendiri.  Kita tidak bisa menganggap hal ini masalah sepele. Kalau dibiarkan mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang keras dan suka melawan orang tua.

Itu pentingnya kita harus terus menerus mendampingi mereka dan mendidik mereka dengan kebenaran Firman Tuhan. Supaya mereka bertumbuh mnejadi anak-anak yang tahu sopan santun dalam bersikap dan bertutur kata.

Jangan lupa, kita juga harus menjadi teladan yang baik bagi mereka. Tunjukkan bahwa kita juga orang tua yang tahu sopan santun termasuk dalam bertutur kata.

Tuhan memberkati.