Setiap hari kita pasti melakukan percakapan. Baik dengan orang-orang yang berada di dalam rumah kita sendiri, dengan tetangga, dengan teman sekolah, teman kerja, teman satu gereja, maupun dengan orang-orang yang kita temukan di jalan.
Karakter orang
yang berbeda-beda dapat membuat kita terkejut ketika saat kita bekomunikasi, mereka
memberi respon yang tidak kita duga. Sebaliknya, hati kita bisa sejuk dan bahagia
ketika mereka memberi respon seperti yang kita harapkan. Kita perlu
memperhatikan bagaimana cara kita bertutur kata dalam suatu percakapan agar
kita dapat menjadi teman yang baik dalam berkomunikasi.
Perkataan yang buruk
Orang akan
memandang kita sebagai orang yang tidak sopan ketika dalam percakapan kita terlalu
sering memotong pembicaraan seseorang dan meremehkan pernyataan orang lain. Setiap
orang mempunyai pendapat sendiri, meskipun pendapatnya tidak sama dengan
pendapat kita. Namun kita tetap harus menghargainya karena hal itu akan
memperkaya wawasan kita dan membuat kita dapat menggali pemikiran kita lebih
dalam lagi.
Kata-kata yang
tidak pantas kita ucapkan adalah kata-kata yang sifatnya menghakimi dan
mencari-cari kesalahan orang lain. Kemudian kita seolah-olah bertindak sebagai
hakim atas mereka. Kita menghukum mereka dengan kata-kata hinaan, ancaman, hardikan, dan gertakan yang membuat orang lain takut, dan kata-kata yang menyakitkan orang
lain. Hal ini menunjukkan arogansi kita. Padahal Firman Allah menghendaki kita
untuk selalu rendah hati.
Ketika seseorang menjadi marah, biasanya mereka menjadi kehilangan kendali sehingga mengeluarkan kata-kata
caci-maki dengan kasar disertai kutukan dengan menyebutkan nama seseorang dengan sebutan nama lain yang tidak sepantasnya seperti nama binatang, nama seorang tokoh yang dungu, atau nama kelompok kaum tertentu yang tersisihkan.
Dengan demikian orang yang
mendengarnya menjadi malu, takut, dan tersiksa. Firman Tuhan mengingatkan kita
bahwa, “dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki
dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk
itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” (1 Petrus 3:9)
“Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” (Efesus 5:4)
Di sini kita diingatkan
untuk tidak mengucapkan kata-kata kotor. Berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Orang
yang biasa berpikir kotor akan meneruskan pikirannya dalam kata-kata yang tidak
senonoh. Oleh sebab itu kita harus
menjaga kebersihan hati kita dalam berpikir, sehingga hanya kata-kata yang
pantas yang terucapkan dari mulut kita.
Tuhan juga tidak menghendaki kita berkata dengan kata-kata yang penuh tipu muslihat, membawa kabar bohong, atau kata-kata manis tetapi di belakangnya ada maksud tersembunyi. Dalam Titus 2:10 dicatatkan, “jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.”
Perkataan yang sederhana
tanpa janji dengan tulus lebih baik daripada perkataan yang muluk-muluk tapi
hanya sebatas di bibir saja tanpa bukti. Ucapan yang jujur, apa adanya, tidak
ada trik-trik tersembunyi di balik perkataan kita akan membuat hati kita
tentram dan orang pun akan mempercayai kita. Ketika seseorang ketahuan
berbohong, akan sulit untuk mengembalikan kepercayaan kepada orang tersebut.
Kita juga tidak boleh menyebut nama Tuhan sembarangan. Sebab Firman Tuhan berkata, “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan."(Keluaran 20:7)
Ketika kita memanggil nama
Tuhan, Ucapkanlah dengan segenap hati dan rasa hormat, tidak asal keluar dari
mulut yang diucapkan tanpa
makna.
Sebagai anak Tuhan kita harus mencerminkan pribadi Tuhan. Maka jangan membuat diri kita sebagai batu sandungan bagi orang lain untuk dapat mengenal kasih Allah. Terkadang hal ini sulit untuk dilakukan. Ketika semua perkataan yang tidak pantas sudah tumpah-ruah keluar, barulah kita menyadari dan menyesalinya. Namun kata-kata yang sudah terlanjur keluar tidak bisa ditarik kembali. Dalam Yakobus 3:8 dituliskan, “tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” Agar tidak terjadi penyesalan hati-hati mempergunakan lidah kita dalam perkataan.
Perkataan yang baik
Untuk itu kita
harus memulainya dengan menjaga hati kita supaya tetap bersih. Dalam Lukas 6:45
dituliskan bahwa, “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari
perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang
jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap
dari hatinya."
Penuhi hati kita
dengan semua kebaikan dan buang segala pemikiran yang tidak patut yang tidak
berkenan di hadapan Tuhan. Di dalam Filipi 4:8 dituliskan, “Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Bila hati kita terjaga dengan baik,
pemikiran-pemikiran kita juga hanyalah tentang hal yang positif, maka apa yang keluar
dari mulut kita juga adalah hal-hal yang positif. Perkataan kita yang keluar
dari hati yang tulus dapat memberi
kesejukan, membangun, dan memberkati orang lain seperti
yang dikehendaki Tuhan , “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu,
tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya
mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29)
Ketika kita berkata-kata, ucapkanlah hanya
kata-kata yang benar. Jika itu suatu janji, yakinlah bahwa kita dapat
menepatinya. Janganlah hanya janji-janji yang memberi harapan kosong dan
akhirnya membuat orang lain menjadi kecewa.
Lebih baik tidak
mengatakan apa-apa daripada kita menceritakan aib seseorang. Dalam 1 Korintus
13:7 mengatakan bahwa kasih menutup segala sesuatu. Ada hal-hal tertentu dimana
kita harus menyimpan sesuatu yang kita ketahui untuk diri kita sendiri demi
kebaikan orang lain. Karena aib atau luka lama tidak akan sembuh jika kita
menggoresnya kembali.
Bagaimana kita bertutur kata, kata apa yang
kita ucapkan, makna apa yang kita sampaikan, dan apa tujuan kita menyampaikannya akan menunjukkan
bagaimana kepribadian kita. Apakah
kita seorang yang kasar, tidak tahu sopan santun, besar mulut, dan pengumbar
janji? Ataukah kita seorang yang lembut, memahami sopan santun, bijak dalam
perkataan, dan orang yang dapat dipercaya?
Ayat-ayat Firman
Allah di atas telah menuntun kita bagaimana kita harus bersikap dalam bertutur
kata. Ketika kita menaatinya, kita menjadi orang yang berbeda dengan orang
duniawi yang mau hidup sesukanya. Dalam Roma 12:2 dituliskan, “Janganlah kamu
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Pembentukan sejak dini
Beberapa orang
merasa bahwa kebiasaan bagaimana mereka bertutur kata sudah terbentuk sejak
kecil dan sulit untuk diubah. Ada yang berkata bahwa sudah pembawaan sejak
lahir.
Cara bertutur
kata di sini bukan logat atau tinggi rendahnya nada seseorang dalam percakapan.
Ada orang-orang yang memiliki nada suara tinggi, berat, dan keras. Namun tetap
saja terasa damai, tidak menakutkan, bahkan dapat menghibur bagi yang
mendengarnya. Yang penting adalah apa yang diucapkannya
bukanlah sesuatu yang meneror seseorang.
Tetapi di sisi lain ada orang yang suaranya
lembut, tetapi kata-katanya sinis, menohok, dan setiap orang yang mendengarnya menjadi
terancam oleh sindirannya.
Bagaimanapun pembawaan kita dalam
bercakap-cakap, yang penting bahwa ucapan kita tidak menjadi pedang yang siap
menyayat perasaan orang lain.
Memang kebiasaan akan membentuk karakter
seseorang yang pada akhirnya ketika mereka dewasa, kebiasaan itu sulit untuk
diubah. Oleh sebab itu, pembentukan karakter sejak diri harus mulai dilatih.
Jika kita saat ini memiliki anak-anak yang
masih kecil, latihlah terus mereka untuk mengucapkan kata-kata yang sopan,
menghormati orang tua, kata-kata yang penuh kasih, tidak menjawab dengan
bentakan, tidak meminta dengan paksaan, dan sebagainya. Mungkin kita akan
sedikit repot karena anak-anak sulit untuk menaati apa yang kita didik. Tetapi
itu akan menolong kita ketika kelak mereka dewasa. Kita tidak dipersulit dengan
kelakukan mereka yang tidak pantas.
Terutama ketika
anak kita beranjak remaja. Dimana pergaulan mereka semakin luas, banyak
pengaruh dari teman-temannya maupun dari televisi. Bisa saja terjadi, apa yang
sudah kita didik akan dibantah oleh mereka dan mereka merasa memiliki pendapat
sendiri. Kita tidak bisa menganggap hal
ini masalah sepele. Kalau dibiarkan mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang
keras dan suka melawan orang tua.
Itu pentingnya
kita harus terus menerus mendampingi mereka dan mendidik mereka dengan kebenaran
Firman Tuhan. Supaya mereka bertumbuh mnejadi anak-anak yang tahu sopan santun
dalam bersikap dan bertutur kata.
Jangan lupa, kita
juga harus menjadi teladan yang baik bagi mereka. Tunjukkan bahwa kita juga
orang tua yang tahu sopan santun termasuk dalam bertutur kata.
Tuhan memberkati.