Langsung ke konten utama

Hidup Dalam Keseimbangan

Hidup ini hanya sementara. Tujuan akhir kita adalah kehidupan kekal di Surga. Lalu,apa yang harus kita jalani selama masih hidup di dunia ini? Apakah kita hanya berpangku tangan seraya menunggu saatnya tiba kembali ke Surga? Padahal kita tidak tahu saatnya kapan kita akan ke Surga, karena ini adalah rahasia Tuhan atas hidup kita.

Ketika kita hanya berpangku tangan, maka kita tidak produktif. Mungkin kita bisa menikmati kesenangan pribadi, tetapi kita telah menjadi beban bagi orang lain. Kita tidak merasakannya, karena kita berada dalam zona kenyamanan, tetapi orang lain yang melihat yang akan merendahkan kita. Amsal 6:9-11  Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?

"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" 

maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.”

 Di sisi lain, kita melihat orang lain bekerja begitu keras dalam menjalani hidupnya. Tiada hari tanpa bekerja. Tidak hanya untuk kesenangan atau kepuasan pribadi, tetapi juga untuk orang lain.

Ada pula orang yang bekerja mati-matian, dengan mencucurkan keringat dan air mata, demi orang lain, tetapi dia sendiri tidak bisa menikmati hidupnya atau hasil kerja kerasnya. Dalam hatinya, ia protes, mengapa ia yang harus bekerja mati-matian, tetapi orang lain yang menikmatinya? Mengapa ada orang lain yang tidak bekerja sekeras dia, tetapi bisa menikmati hidup?

Banyak faktor di dunia ini yang membuat orang lain merasa terbebani dengan beratnya kehidupan. Ada yang berpikir untuk lebih baik segera mati dan mengakhiri semuanya. Tetapi ada pula orang lain yang berkerja dengan giat tanpa lelah, tetapi dia begitu menikmati dan mensyukuri apa yang dikerjakannya.

Jadi menikmati hidup itu bukan tergantung dengan berat ringannya beban hidup kita, tetapi bagaimana pola pikir dalam meresponi apa yang kita kerjakan, bagaimana kita mengelola waktu yang ada dan memanfaatkannya dengan baik.

 Menikmati waktu dengan Tuhan

Bersama dengan Tuhan adalah hal yang paling menyenangkan. Ketika kita merenungkan Firman Tuhan kita akan merasakan betapa indanya bersama Dia. Saya merasa terbantu dengan adanya program “Ayo membaca Alkitab 1 hari 1 pasal” yang diadakan di gereja kita. Karena saya bisa membacanya dengan rutin dan lebih fokus, lebih terpacu lagi karena ada teman-teman komsel yang setia dan selalu memberi semangat. Intim kepada Tuhan melalui membaca Firman-Nya membuat saya lebih mengenal bagaimana Tuhan mempunyai cara-cara yang unik untuk menggenapi rencana-Nya kepada setiap umat-Nya, termasuk kepada kita. Saya semakin mengenal bahwa Tuhan saya mempunyai kuasa yang begitu dahsyat melalui peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh dalam Alkitab. Saya percaya, Ia pun mempunyai kuasa yang dahsyat untuk kita.

 

Pengenalan akan Tuhan yang semakin intim akan membuat kita lebih tenang dalam menjalani hidup ini. Kita tidak takut, karena Dia ada bersama-sama dengan kita. Kita seperti anak kecil yang digandeng oleh ayahnya ketika berjalan menyeberang di tengan keramaian lalu lintas, atau menyusuri lorong yang gelap. Ia tidak takut karena ia tahu ayahnya akan melindunginya, begitu pula Tuhan akan memegang tangan kita ketika kita menyeberang mengarungi kehidupan ini, atau ketika kita berada di dalam lorong kehidupan yang gelap. Ketika kita tidak dapat melihat arah kemana kita harus berjalan, Tuhan yang akan menuntun kita menuju pintu keluar yang memberi cahaya bagi kehidupan kita.

 Waktu untuk beribadah

Selain waktu relasi kita secara khusus kepada Tuhan, kita juga perlu bersekutu bersama-sama teman-teman seiman dalam beribadah. Hubungan dengan teman-teman yang sama-sama percaya kepada Tuhan Yesus dapat memberi touching yang berbeda dibanding ketika kita bergaul dengan orang-orang yang tidak percaya. Lewat persekutuan, kita bisa saling membangun, saling mengingatkan, saling berbagi berkat dan kesaksian, serta saling mendoakan. Ketika kita mengungkapkan permasalahan kita kepada saudara seiman, kita akan menemukan jawaban yang sesuai dengan Firman Tuhan dan tidak menyesatkan. Melalui persekutuan kita akan dituntun atau diingatkan kembali jika kita melakukan kesalahan. Sungguh indah jika kita bisa bersama-sama satu suara menaikkan pujian kepada Bapa kita di Surga, menyatukan hati, mengungkapkan permohonan kita dalam doa. Saat beribadah dapat dilakukan di mana saja, tidak hanya di gereja, tetapi juga bisa di rumah-rumah di mana kita berkomsel.

 Menikmati waktu relasi dengan sesama

 Ketika Tuhan menghendaki kita hidup di dunia ini, maka Ia ingin kita berelasi dengan orang-orang di sekitar kita. Mereka adalah keluarga kita, teman-teman sekerja, tetangga, teman sekolah, dan sahabat kita. Kita tidak dapat hidup sendirian dan hanya mengandalkan kekuatan kita. Tuhan juga memakai orang-orang di sekitar kita untuk menolong kita. Dari mereka kita mendapatkan sentuhan yang memberi ketenangan, tangan mereka yang menopang  kita dan memberi kekuatan, dari mereka pula kita dapat belajar mengenai kehidupan ini, dengan mereka kita bisa berbagi pengalaman, bahkan perselisihan yang mungkin dapat terjadi dengan mereka dapat mengasah kepribadian kita menjadi lebih dewasa. 

Mungkin di antara kita ada yang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Ini dapat terjadi karena pengaruh pembentukan pola asuh dalam keluarga. Bisa juga karena tindakan yang tidak menyenangkan dari seseorang yang menimpa hidup kita ketika kepribadian kita masih belum matang. Sehingga kita menjadi takut, malu, tidak percaya kepada orang lain, mudah tersinggung, atau selalu tidak puas dengan jawaban orang lain. Orang-orang seperti ini biasa mengurung diri, tenggelam dalam aktivitasnya sendiri, mencari kawan dengan benda mati seperti menggambar, boneka, buku, game, atau komputer.

Orang-orang yang sulit bersosialisasi tidak akan pernah nyaman dalam hidupnya. Meskipun ia menikmati dunianya sendiri. Tapi itu hanyalah kompensasi atas apa yang tidak ia dapatkan dari lingkungannya. Jika kita masih mengalami masalah seperti ini, kita harus membereskannya. Kita perlu mendobrak belenggu keegoisan kita, arogansi atau kesombongan kita, dan keikhlasan untuk memaafkan.

Sesungguhnya tidak ada orang yang sempurna, semua bisa melakukan kesalahan termasuk kita. Ketika kita menemukan seseorang yang mengerti kita, kita akan tahu bahwa ternyata ada orang yang baik hati kepada kita. Kita akan merasa indahnya persahabatan. Kita akan tahu pentingnya berbagi, saling memperhatikan, dan menghibur satu sama lain.

 Menikmati waktu bekerja

Mungkin kita berpikir pekerjaan adalah hal yang paling berat. Kita terpaksa melakukannya karena kebutuhan. Kalau demikian yang terjadi dalam hidup kita, kita tidak bisa menikmati hidup. Kita mudah stress, akibatnya mudah jatuh sakit.

Sebelum memutuskan jenis pekerjaan kita, kita harus pahami dulu pekerjaan apa yang kita minati. Apakah tujuan kita karena besarnya uang yang dapat kita raup, atau pekerjaan yang dapat mengekspresikan diri kita, atau pekerjaan sosial karena panggilan jiwa?  

Ketika kita mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita, kita dapat melakukannya dengan sukacita, tanpa merasa beban yang berat. Hal ini membuat hari-hari bekerja kita menjadi hari-hari yang menyenangkan. Dengan demikian pekerjaan kita pun menjadi lebih produktif. Bekerja, selain sebagai sumber penghasilan juga sebagai cara kita melayani orang lain dan mengekspresikan diri.

Namun, Tuhan juga tidak ingin kita menjadi orang yang gila kerja hingga tidak mengenal waktu, tidak ingat kesehatan, tidak ingat keluarga, dan beribadah. Tuhan ingin kita melakukannya secara seimbang.

Menikmati waktu untuk istirahat

Kita perlu menyeimbangkan antara waktu kita bekerja dengan beristirahat. Istirahat adalah berhenti bekerja sementara untuk melepaskan lelah, bisa dalam bentuk tidur, olahraga, atau berekreasi. Ketika kita memiliki waktu untuk beristirahat, gunakan secara efektif. Tidur yang berkualitas artinya kita benar-benar melepaskan pikiran kita walaupun setengah jam lebih berarti dibandingkan dengan tidur berjam-jam tetapi selalu mengigau. Mungkin kita tidur, tetapi di luar alam sadar kita membawa pekerjaan kita ke dalam mimpi. 

Begitu juga ketika kita berolahraga, kita perlu memahami kondisi tubuh kita, kekuatan fisik kita, dan usia kita. Olahraga yang kita lakukan sebagai selingan berbeda dengan olahraga yang kita lakukan sebagai seorang profesional. Maka kita harus menjaga kondisi, jangan sampai memforsir diri kita sehingga menjadi sakit.

Demikian juga ketika kita memilih jenis rekreasi. Pilihlah jenis rekreasi yang tidak mengganggu finansial pribadi kita. Tentu kita tidak ingin finansial kita terkuras karena kenikmatan sesaat.

Yang penting adalah kita bisa menyegarkan pikiran dan sejenak melepaskan rutinitas kita, untuk kemudian bangkit lagi kembali bekerja dengan energi dan semangat yang baru.

Kalau hanya dengan bercocok tanam di rumah kita sudah dapat menikmati hari libur yang menyenangkan, mengapa harus jauh-jauh? Yang penting kita bisa rilesk sejenak.

Hidup dalam Keseimbangan

Tuhan sudah mengatur bahwa segala sesuatu di alam ini memerlukan keseimbangan. Ketika kita mempelajari hukum Fisika, ada gaya sentripetal dan ada gaya sentrifugal yang memberi keseimbangan, dan resultan gaya pada titik keseimbangan adalah nol. Di dalam Matematika, suatu persamaan aljabar pada ruas kiri dan ruas kanan harus seimbang.

Tuhan yang mengatur hukum alam dan yang menciptakan ilmu pengetahuan. Demikian manusia diciptakan untuk hidup dalam keseimbangan. Kita tidak bisa hidup secara maraton dan monoton. Kita harus menjaga relasi kita dengan Tuhan dan sesama, kita harus punya waktu untuk bekerja dan istirahat. Di dalam Pengkhotbah 3:1  “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”

Ketika kita beribadah kepada Tuhan, pribadi atau secara bersama-sama, beribadahlah dengan sungguh-sungguh, dangan hati yang tulus merindukan Tuhan. Bukan untuk menunjukkan diri kita suci, atau rohani. Ketika kita bekerja, bekerjalah dengan efektif dan fokus kepada pekerjaan. Ketika kita beristirahat, nikmati istirahat itu dengan baik. Tidak dibolak-balik atau dicamput- adukkan, dengan kata lain kegiatan di sini tetapi pikiran di sana.

Keseimbangan hidup membuat kita menjadi tenang. Kita bisa menikmati hidup dengan baik dan sukacita, tidak sakit-sakitan, atau mendongkol. Tidak mungkin tersirat keinginan mengakhiri hidup. Selama kita masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup, kita bisa menggunakan diri kita untuk memberkati dan melayani orang lain lebih banyak dan lebih lama lagi.  Jadi menjalani kehidupan yang indah dan tenang, tidak harus menunggu di Surga, sekarang pun kita bisa menikmatinya. Kelak di Surga kita akan menerima sukacita yang sempurna dari Tuhan.