Dalam
perjalanan hidup kita akan bertemu dengan banyak orang: tetangga, teman
sekolah/kuliah, teman di kursus, teman kantor, teman di gereja, atau kenalan. Di
antara mereka ada yang akhirnya menjadi teman dekat atau teman akrab kita,
tetapi tidak semuanya bisa menjadi sahabat kita.
Dua orang
atau lebih bisa saling akrab, kemana-mana selalu bersama. Tetapi belum tentu
hati mereka bisa menyatu. Mungkin salah satu di antaranya ada yang berusaha
mengalah sekuat tenaga, dan yang lainnya berperan menjadi “boss”
atau justru menjadi seperti anak kecil yang minta dimanja dan ingin berbuat
sekehendak hatinya.
Persahabatan
tumbuh dari pertemanan yang sehat, dimana keduanya sama-sama merasa nyaman,
tidak ada yang kalah atau menang. Persahabatan yang sehat menguntungkan kedua
belah pihak, karena mereka saling membantu, saling menguatkan, dan tidak ada
yang merasa terpaksa atau dipaksakan.
Mungkin
saya akan tetap menjadi seorang yang pendiam, pemalu, dan tidak percaya diri
kalau saja saya tidak bertemu dengan seseorang yang pernah menjadi sahabat saya
di SMA. Meskipun sifat kami berkebalikan, dia seorang yang ceria dan dan mudah
bergaul, namun hati kami bisa saling menyatu. Dia yang mengajarkan saya untuk
lebih berani dan keluar dari ketidakpercayaan diri saya. Selama 3 tahun di SMA
kami tidak pernah bertengkar, dan karena keakraban kami, keluarga kami menjadi
saling mengenal. Akhirnya kami pun terpaksa
berpisah karena saya melanjutkan kuliah di Semarang. Kini, sudah puluhan tahun
kami terpisah oleh jarak dan waktu, namun persahabatan kami tetap terjalin
hingga sekarang.
Sejalan
dengan bergulirnya waktu, sahabat demi sahabat hadir dalam lika-liku kehidupan
saya. Dan saya merasakan betapa pentingnya makna seorang sahabat dalam
kehidupan seseorang. Karena mereka dapat membuat seseorang menjadi berarti dan
tidak merasa sendirian.
Ciri-ciri seorang sahabat
Apakah penting seorang sahabat dan apakah kita harus
memilikinya? Tidak setiap orang memiliki sahabat. Sahabat itu muncul melalui
proses pertemanan. Kalau dalam pertemanan saja kita sudah menjadi sosok yang
menyebalkan, rasanya sulit mendapatkan seorang sahabat.
Seberapa penting makna sahabat bagi kita, jawabannya
tergantung pribadi masing-masing orang. Ada orang yang begitu mandiri, suka
kebebasan, dan tidak suka berurusan dengan orang lain. Tetapi ada pula
seseorang yang membutuhkan orang lain yang dapat dipercaya untuk menyampaikan
hal-hal pribadi yang tidak ingin diketahui orang lain. Ada seseorang yang
membutuhkan orang lain dimana ia bisa meminta bantuannya tanpa sungkan. Ada pula
orang-orang yang membutuhkan orang lain agar ia dapat memberi perhatian kepadanya.
Firman Tuhan mengatakan dalam Amsal 17:17 bahwa, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Kasih seorang sahabat tidak terbatas pada saat-saat tertentu. Ada orang yang mau berteman dengan kita hanya ketika kita sukses, tetapi ketika kita mengalami kesusahan, ia pun meninggalkan kita seperti yang terjadi pada Ayub. Teman seperti ini bukanlah seorang sahabat sejati. Padahal, justru di saat-saat kita susahlah kehadiran seorang sahabat sangat diperlukan. Karena merekalah yang bisa menghibur dan meringankan beban hidup kita.
Bentuk kasih seorang sahabat tidak hanya dalam bentuk perhatian, tetapi juga dalam bentuk teguran. Seperti yang tertulis dalam Amsal 27:6a dituliskan bahwa “Seorang kawan memukul dengan maksud baik.” Jadi seorang sahabat tidak saja mengucapkan kata-kata yang manis di hadapan sahabatnya. Ia bisa menegur, mengkritisi atau memberi saran untuk tujuan yang baik. Maka ketika ia tahu sahabatnya sedang menyimpang dari jalan kebenaran, ia akan mengingatkannya agar sahabatnya tidak semakin terjerumus ke dalam dosa. Kalau kita mengenal sahabat kita sebagai orang yang jujur dan dapat dipercayai, seharusnya kita juga memasang telinga kita baik-baik untuk mendengar apa yang dikatakan sahabat kita.Seorang sahabat melakukan segala kebaikannya dengan tulus, tidak “ada udang di balik batu” atau ada maksud tertentu dibalik kebaikannya. Seorang sahabat melakukan kebaikan bukan untuk mendapat pujian atau imbalan. Kebaikan yang kita lakukan kepada sahabat kita intinya demi kebaikan sahabat kita.Firman Tuhan mengajarkan dalam Filipi 2:3-4 “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
Hambatan
Jarak, waktu,
status sosial, masalah keluarga dapat menjadi masalah dalam suatu hubungan.
Namun dalam persahabatan sejati hal itu dapat teratasi dengan komitmen dan
kesetiaaan. Seperti yang terjadi pada Daud dan Yonatan. Sebuah contoh
persahabatan yang dramatik yang dapat kita teladani.
Daud dan
Yonatan berasal dari golongan kelas yang berbeda. Daud seorang gembala,
sedangkan Yonatan anak seorang raja. Saul, ayah Yonatan sangat benci kepada
Daud, sehingga ia mau membunuhnya. Banyak masalah yang dihadapi oleh Yonatan dan
Daud. Tetapi, masalah itu tidak menghambat persahabatan keduanya. Meskipun
mereka terpisah oleh jarak dan waktu, kesetiaan persahabatan mereka tetap
terjaga.
“Maka pulanglah budak itu, lalu tampillah Daud dari
sebelah bukit batu; ia sujud dengan mukanya ke tanah dan menyembah tiga kali.
Mereka bercium-ciuman dan bertangis-tangisan. Akhirnya Daud dapat menahan diri.
Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud:
"Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama
TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara
keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya."1 Samuel 20:41-42
Dan ketika Yonatan meninggal, Daud menepati
janjinya dengan menjaga anak dari Yonatan. Daud berkata kepada Mefiboset, anak Yonatan "Janganlah takut, sebab aku pasti akan
menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan
mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan
sehidangan dengan aku."
Kita tidak perlu marah. Selama kita tetap dapat menjaga kemurnian persahabatan kita, tetaplah bersahabat. Justru dengan menjaga persahabatan, kita akan semakin kuat menghadapi serangan yang mencoba menghancurkan persahabatan kita.
Anugerah Allah
Kita
dapat memiliki banyak teman, tetapi tidak mudah menemui sahabat sejati. Padahal
dari seorang sahabat, kita dapat merasakan damai, sukacita, memiliki teman
untuk berbagi cerita maupun derita, membuat hidup terasa ringan dan lebih
bergairah.
Melalui
sahabat kita dapat merasakan campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Melalui
sahabat kita dapat mempraktikkan kasih Allah lebih intens lagi. Sahabat
merupakan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Sahabat adalah teman yang
mengenal pribadi kita dan dapat memahami kita. Terkadang dalam keadaan diam
pun, sahabat akan tahu apa yang kita rasakan. Tentu saja tidak semua orang
mampu seperti itu. Itu sebabnya seorang
sahabat merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Mereka adalah
kepanjangan tangan Tuhan di dunia ini.
Jangan
sia-siakan sahabat yang telah kita miliki. Peliharalah persahabatan yang telah
kita bina, perluas persahabatan kita dengan sahabat-sahabat yang lain. Tentunya
kita boleh bersahabat dengan siapa saja, termasuk orang yang tidak seiman
dengan kita asalkan mereka tidak menentang keimanan kita. Dengan sikap
persahabatan yang baik, kita kenalkan kebaikan Tuhan kita. Bangun kerohanian di antara kita dan sahabat
kita. Sadari bahwa kita juga dipakai Allah untuk memberkati mereka.
“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,
kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan
dengan hati yang murni”.(2 Timotius 2 :22)
Yesus sebagai sahabat kita
Para sahabat kita dapat
dipisahkan oleh ruang dan waktu. Suatu saat dapat terjadi ketika kita
membutuhkan pertolongan mereka, ternyata mereka tidak dapat bersama-sama dengan
kita. Mungkin karena pekerjaan, keluarganya, atau kesibukannya.
Tapi jangan putus asa, karena kita memiliki Tuhan Yesus sebagai sahabat
kita. Ia tidak dibatasi oleh dimensi apapun. Ia selalu siap sedia untuk kita.
Dalam Yohanes 15:15, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak
tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena
Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku.”
Yesus menjadikan kita sebagai sahabat-Nya. Ia membuka kunci rahasia pintu
Surga, yaitu melalui nama-Nya.
Ia sudah menyediakan waktu-Nya bagi kita. Ia memiliki kebaikan melebihi kebaikan semua sahabat kita di dunia. Bahkan Ia telah memberikan nyawa-Nya bagi kita, ”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13)
Puji
syukur kepada Tuhan, jika kita memiliki sahabat yang tepat dalam hidup kita.
Karena mereka anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Melalui mereka kita
dapat merasakan kebaikan Tuhan dan kepada mereka kita dapat mempraktikkan kasih
Tuhan. Jagalah terus persahabatan yang kita miliki agar terus berbuah dan semakin banyak orang
yang menjadi sahabat kita.
Puji
syukur kepada Tuhan, karena Ia adalah sahabat sejati kita yang tidak dibatasi
oleh dimensi apapun. Ia selalu ada setiap saat dalam kondisi apapun.
Saatnya
kita menyediakan hati sebagai sahabat sejati bagi Tuhan Yesus dan para sahabat
kita. Secercah sumbangan kita untuk kedamaian dan sukacita sangat berarti bagi
dunia ini dan biarlah terus mengalir menutupi seluruh bumi. Tuhan memberkati.